Tuesday, October 2, 2018

Korban Gempa Palu Sulawesi Utara Mulai Kelaparan






Korban Gempa Palu Sulawesi Utara Mulai Kelaparan

Dengar dan Lihatlah mereka, Lupakan Penjarah Itu Sejak sehari setelah kejadian. Korban gempa di Sulawesi Tengah telah mulai merintih kelaparan. Tidak heran. Karena banyak dari mereka saat menyelamatkan diri hanya membawa pakaian yang melekat di badan saja.

Korban Gempa Palu Kelaparan


Dan memasuki hari kelima ini. Teriakan, rintihan dan tangis kelaparan itu semakin menjadi-jadi. Puluhan, ratusan bahkan ribuan. Itu yang berhasil terekspos di media sosial. Entah bagaimana dengan yang tidak.

Dengarlah ratapan seorang laki-laki tua dalam sebuah vidio.

“Pak datanglah pak. Kami di sini sangat membutuhkan makanan. Kami di sini kekurangan makanan pak. Air obat-obatan apalagi. Di sini banyak mayat. Banyak yang terluka belum ada yang tertangani. Jadi kami mohon sekali bapak datanglah bantu kami di sini. Kami di sini pak terisolir. BBM pun tidak ada. Akses jalan untuk mencari makanan dan obat-obatan tidak ada. Kami di sini benar-benar lumpuh pak. Boleh kita lihat semuanya sekeliling (sambil menunjuk sekelilingnya, yang nampak hanya tumpukan puing-puing) Inilah yang terjadi kondisi hari Jumat bapak. Kami di sini hanya mengharapkan bantuan bapak... saya Irwan, Irwan Abdurrasyid penduduk di sini asli (penduduk apa pak tanya yang merekam). Penduduk desa Wani Dua, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala. Jadi kami mohon pak benar-benar bantuannya...”

“Tolong kasihani kami yang ada di sini, kami tinggal memungut makanan yang jatuh di jalan. Tolong pemerintah segera lakukan tindakan untuk kami di desa Lero, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala. Karena sampai sekarang belum ada bantuan yang datang.” Nampak seorang wanita berusaha memungut mie instan yang sudah hancur tergilas di atas jalan raya.

“Bapak ini stroke, namanya bapak Usman. Butuh bantuan segera 085242070917 ini no. Hp yang bisa dihubungi.” Kata postingan lainnya. Dilengkapi foto seorang kakek tua yang tergeletak tak berdaya di atas tanah beralas tikar seadanya.

“Ya Allah...tolong siapapun kalian yang baca status saya. Saya mohon dengan sangat tim medis merapat kesini.” Ujar seseorang. Nampak seorang nenek dengan luka parah di kaki. Betis hampir putus, tulang kelihatan. Tanpa perban. Luka terbuka begitu saja.

Dan masih banyak rintihan-rintihan sejenis yang saya lihat berseliweran. Kesakitan, kelaparan dan kehausan.

Pada mereka tidak henti-hentinya saya berpesan dalam komentar. Tolong jangan terlalu berharap banyak pada pemerintah. Mereka tidak akan mampu menjangkau semuanya. Kami di Lombok telah merasakannya. Selama 2 bulan lebih. Carilah upaya sendiri untuk bertahan hidup. Kalau bantuan datang kita terima dengan penuh rasa syukur. Tapi kalau tidak? Jangan sampai kita mati kelaparan.

Sementara, relawan kemampuannya sangat terbatas. Belum lagi penjarahan bantuan yang ingin masuk ke wilayah bencana. Membuat harapan mereka untuk mendapat bantuan semakin menipis.

Saya tidak bermaksud menakut-nakuti. Saya hanya mengajak mereka realistis. Kasian jika penantian mereka akan berakhir dengan sia-sia. Sayapun kadang mengatakannya sambil menangis.

Jadi mari saudara-saudaraku. Kita gotong royong meringankan penderitaan saudara-saudara kita itu. Bagaimanapun caranya. Kalau tidak bisa langsung. Kirimkan donasi pada relawan, lembaga atau yayasan-yayasan yang terjun di sana. Semacam ACT, Dompet Duafa, Baznas dan sebagainya.

Fokus pada mereka yang merintih memohon bantuan. Kita kecewa memang melihat penjarahan-penjarahan itu. Tapi jangan sampai nila setitik itu merusak susu sebelanga. Mungkin penjarah itu berjumlah puluhan bahkan ratusan. Tapi ada ribuan bahkan jutaan orang baik di sana yang membutuhkan bantuan. Lihatlah gambar-gambar yang saya sertakan dalam postingan ini. Dengar dan lihatlah mereka, lupakan penjarah itu.

www.mesinjahitbaru.blogspot.com Media informasi seputar mesin jahit, konveksi, desain baju, fashion dan informasi berita aktual terkini yang sedang hangat dan viral.


Previous Post
Next Post

4 comments: